Kawan, bagaimana kabarmu hari ini? Di manapun kalian berada , aku berharap semoga kalian dalam keadaan baik dan selalu dalam lindunganNya. aamiin 🙂 Berbicara tentang tamu, pernahkah kalian menolak tamu yang hendak datang berkunjung? Jika pernah, aku tau mungkin saat itu kalian sedang tidak berada di rumah atau kalian sedang sibuk yang teramat sibuk. Namun, jika tidak ada alasan lain maka aku harap kalian selalu membuka pintu lebar untuk setiap tamu yang akan datang menemui kalian. Seperti yang kita tau, tamu itu memberi rejeki. Jadi sebagai tuan rumah yang baik, terimalah tamu dengan tangan terbuka dan senyuman.
Kawan, saat ini aku sedang membicarakan tamu yang berbeda yaitu tamu yang tidak diharapkan. Tahukah kalian siapa saja tamu yang tidak diharapkan datang dalam diri kita? Yah benar, masalah, sakit, kesedihan, kekurangan, ketidaksukaan dan hal-hal lain yang tidak mengenakan, itulah tamu yang tidak dihrapkan. Aku pikir kebanyakan orang akan berpikiran sama dalam hal ini sehingga mereka melakukan hal yang sama yaitu menutup pintu rapat-rapat jika tamu-tamu tersebut berkeinginan untuk berkunjung.
Tamu itu membawa rejeki. Itu yang harus kita ingat. Entah tamu itu diharapkan atau tidak ingatlah bahwa tamu membawa rejeki. Seperti yang aku alami saat ini, aku sedang menerima salah satu tamu yang tak aku harapkan itu, tamuku saat ini yaitu sakit. Begitu tidak mengenakkan mendapatkan tamu disaat kita jauh dari orang tua. Akan aku ceritakan apa yang terjadi ketika sakit datang berkunjung dalam versi yang berbeda.
Ketika di rumah, bersama keluarga
Bapak : selalu SIAGA (siap antar jaga). Mulai dari mengantarkanku ke dokter dan siap berjaga jika tiba-tiba tubuhku berontak terhadap obat yang masuk.
Ibuk : walaupun ibu ga yang masak, namun ibuk yang menyiapkan makanan dan obat untukku. Bahkan ketika ibuk bekerja pun ibuk selalu mengingatkanku untuk minum obat tepat waktu. Mungkin karena aku yang sedikit bandel.
Mbah Yang : menyiapkan makanan yang memenuhi 4 sehat 5 sempurna, mbah Yang ini sang juru masak. Aku pernah sakit thypus, dan itu mengharuskan aku makan makanan yang halus. Sehingga mbah Yang harus memasak nasi dan lauk khusus untukku.
Mbah Min : sama seperti bapak, mbah Min selalu siap kapanpun dibutuhkan. Seperti saat aku akan minum obat dan saat itu tidak ada pisang, karena aku tidak bisa minum obat tanpa pisang maka tanpa disuruhpun mbah Min langsung pergi membelikan pisang untukku.
Aik : walaupun dia terkesan cuek dan tidak berkontribusi apapun ketika aku sakit. Namun aku melihat perhatian darinya. Dia yang selalu celingukan mencuri lihat ke arahku karena sedikit jaim jika secara langsung menanyakan kondisiku. Dia juga terkadang marah karena merasa iri padaku yang mendapat perhatian ekstra dari ibu. 😀
Begitulah ketika aku sakit dan berada di rumah. Sedangkan disini, hal-hal yang dilakukan oleh lima orang diatas harus aku lakukan sendiri. Bahkan ketika sakit pun aku yang membeli makan dan membeli obat bersama teman sekamarku. Aku menjadi orang yan mandiri disini, selain itu saaat sakit juga membuatku lebih banyak beristirahat. satu lagi, sakit di kosan membuatku bisa minum obat tanpa pisang. 😀 Itulah salah satu bukti tamu itu membawa rejeki, bahkan tamu yang tak diaharpakan sekalipun.
special room ‘303’
7 November 2012
11.26 AM waktu komputer lab