Potongan Kebahagiaan

Mereka memang belum sepenuhnya bisa saling memahami, namun bagi Ayla, kehadiran Dira berhasil menambah kebahagiaan di hidupnya. Dira memang bukan orang asing  dan mereka pun sudah lama saling mengenal. Namun hanya sebatas teman biasa, begitu kata Ayla kepadaku. Hanya saja semua berubah ketika ketidaksengajaan menyatukan mereka. Awalnya Ayla merasa sedikit canggung, namun ketulusan Dira perlahan meneguhkan hatinya.  Ayla, gadis yang biasa saja menurutku, mungkin kebanyakan orang juga berpikiran sama sepertiku, begitu juga Dira, seorang cowok biasa yang mungkin semua orang juga berpikir sama sepertiku. Namun, berbeda dengan mereka, bagi Dira, Ayla begitu berbeda, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Dan bagi Ayla, bagaimanapun penilaian orang, tetap saja Dira yang ada di hatinya. Sedikit alay memang. Aku juga berpikir demikian ketika mendengar kalimat itu keluar langsung dari mulut Ayla, namun aku hanya bisa mengangguk tanpa mengeluarkan pemikiran-pemikiran kecilku  yang sejak tadi menanayakan letak logisnya kalimat Ayla. Namun aku masih menahannya, aku tidak mau merusak sesi curhatku dengan Ayla hanya karena pemikiran konyolku. Bagiku semua harus dipikirkan dengan logika, sedangkan bagi Ayla, walaupun aku yakin dia masih mempunyai logika yang benar, namun untuk urusan satu ini, dia kalah mempertahankan logikanya dan lebih memilih menggunakan perasaannya.

Apakah Ayla selalu merasa bahagia ketika bersama Dira?, pertanyaan pertama yang aku tanyakan kepada Ayla. Sungguh diluar dugaan, selang sepersekian detik setelah pertanyaan itu meluncur dengan polosnya dariku, Ayla pun menjawabnya dengan penuh antusias dan berkata “Tentu tidak Intaaan”. Mendengar itu akupun kembali diam. Aku mencoba menghubung-hubungkan penjelasan Ayla tentang Dira serta jawaban atas pertanyaanku padanya. Aku sungguh tidak mngerti. Aku memang masih belum begitu mengerti urusan hati, apalagi yang berhubungan dengan dua orang, beruntunglah aku Ayla mau memberikan sedikit ceritanya kepadaku. Melihatku diam, Ayla lantas mencairkan suasana. Dia berkata, “Tidak mungkin kita selalu bahagia, ada kalanya aku dan dia (baca: Dira) saling berbeda pendapat atau ketika kami sedang dalam mood yang tidak enak, itu membuat kami sering salah paham.” Ayla lebih detail menjelaskannya kepadaku, bahkan dia menceritakan beberapa kejadian yang membuat mereka bertengkar. Bahkan mereka sempat berkeinginan untuk tidak lagi bersama. Sekilas dari cerita Ayla, menurutku Ayla dan Dira mereka berdua sama, sama-sama keras kepala dan sama-sama moody. Jadi tidak heran kalau mereka sering berselisih paham. Aku kaget ketika Ayla menunjukkan notenya dan memberitahuku daftar masalah yang mereka buat setiap bulannya. Aku juga bingung kenapa dengan kondisi seperti itu mereka masih saja bersama, bahkan sampai detik ini aku masih bisa melihat mereka bersama.

Itu yang menjadi pertanyaan keduaku, Apa yang membuat Ayla dan Dira memilih untuk tetap bersama? Sama dengan ketika aku menanyakan pertanyaan pertama, kali ini Ayla memberikan jawaban diluar dugaanku. Seperti pertanyaan pertama, aku pikir Ayla akan segera menjawab selang sepersekian detik aku meluncurkan pertanyaanku. Namun, sekarang berbeda. Ayla masih diam, sibuk memainkan jarinya seperti yang biasa dia lakukan. Aku masih menunggu, dan akhirnya ini dia jawaban Ayla yang membuatku tercengang “Karena bagi Ayla, menemukan Dira berarti menemukan satu potongan kebahagiaan di hidup Ayla. Bersama Dira Ayla mulai belajar bukan hanya tentang kasih sayang, melainkan tentang kepercayaan dan komitmen. Dan bersama Dira pula, Ayla ingin menemukan potongan-potongan kebahagiaannya yang lain.”  Ayla mengakhiri jawabannya dengan tawa lepas. “Hahaha”. Dan satu kalimat terakhir Ayla sebelum kami masuk kelas adalah “Eh, itu menurut Ayla yah, kalo menurut Dira tanya aja sendiri. Pasti jawabannya ga bakalan di sok puitis2in kaya Ayla jawab. Haha “, Ayla kembali tertawa.

Apapun itu, bagaimana semuanya bisa terjadi  Ayla dan Dira lah yang paling mengerti. Mereka memang terlihat sering bertengkar dan berbeda pendapat. Namun, mungkin itu yang membuat mereka bisa bertahan sampe sekarang ini, sebuah pengertian. “Ayla, Dira saling pengertian yaaah”

– continue –

Advertisement

8 thoughts on “Potongan Kebahagiaan

  1. aku tau jawaban Dira:
    Dira belajar banyak dari Ayla,ngga bisa disebutin satu-satu, Dira hampir berubah 100% karna Ayla. Tapi yang pasti, Dira belajar satu hal yang ga pernah dia tau, belajar menata hati. Membuka hatinya yang dulu tertutup rapat ga terawat, kusam dan kacau balau.

    Meski sekarang masih kacau, tapi jauh, jauh banget lebih baik dari dulu.

    Makasih banget buat Ayla 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: