Aku baru tau kalau Ayla sakit. Kabar itupun aku dengar tak sengaja dari temanku. Mendengar itu akupun memutuskan mengunjungi Ayla sepulang magang. Setelah sholat magrib aku mampir ke salah satu warung soto ayam favorit Ayla, aku ingin membelikannya nasi soto dan jeruk hangat sebagai menu makan malam ini. Setelah semuanya ada di tangan, aku pun meluncur ke kosannya yang letaknya tak jauh dari kampus kami. Tanpa menelponnya ataupun mengirimkan sms kepadanya, aku datang bak tamu tak diundang. Dengan seenaknya membuka pintu kamarnya. Tanpa dipersilahkan masuk aku pun sudah bertengger di tempat favoritku, bersandar di tempat tidur Ayla. Bukan hal yang aneh jika aku ataupun temanku yang lain datang ke kosan Ayla dengan seenaknya. Mungkin karena sudah biasa menjadi tempat tongkrongan jadi kami merasa pintu kosan Ayla selalu terbuka kapanpun buat kami. Ayla yang dari tadi sedang sibuk membaca sebuah novel masih belum beranjak dari posisinya. Dia hanya menoleh setelah melihatku masuk kemudian melanjutkan membaca. Barulah setelah sampai di tanda titik pada novelnya dia pun menyapaku.
“Hay Ntan, ada apa? Tumben abis magang langsung kesini? Biasanya aja bilangnya sibuk jadi ga sempet main.”, tanya Ayla kepadaku.
“Iya nih, lagi mau perhatian, katanya ada yang sakit?”, jawabku.
“Haha, bisa aja. Ga sakit juga sih cuma ya gitu ga sembuh-sembuh batuknya. Bandel.”, kata Ayla menimpali.
“Iya kaya orangnya bukan? Makanya minum obat teratur dong. Nih aku bawain nasi. Ayo makan terus minum obat.”, kataku sambil mnyerahkan dua bungus nasi soto ayam kepada Ayla.
“Siap bos. Tau aja kalau belum makan.”, kata Ayla nyengir sambil menggerakkan tangannya mengambil dua mangkok hijau, dua sendok, dan dua gelas hijau kemudian memberikan masing-masing satu kepadaku.
Tanpa basa basi, Ayla langsung melahap satu mangkok penuh nasi soto ayam itu. Tidak butuh waktu lama mangkok nasi itupun kembali berada di lantai dengan isinya yang sudah berpindah ke perut Ayla. Ayla selalu terlihat langsing ( dia memintaku mengatakan dirinya langsing daripada kurus ) walaupun memiliki porsi makan yang besar. Itu yang membuat teman-temanku terkadnag merasa iri kepadanya. Bagi teman-temanku, mereka dengan sekuat tenaga menghindari makan makanan enak dan memilih makanan tertentu untuk memperlancar program dier mereka. Sedangkan Ayla, bebas makan apapun tanpa berpengaruh besar terhadap tubuhnya. Mereka selalu bilang “Enak banget Ayla, makan apa aja tubuhnya tetep aja ga gendut.” Ayla hanya nyengir menanggapinya, hanya saja terkadnag dia berkata kepadaku “Yee, aku sih makan banyak juga pengen nambah berat badan tau Ntan. Biar lebih proporsional gitu.” Terlepas dari itu semua, masing-masing diantara aku, Ayla, dan teman-temanku tidak pernah berubah dengan urusan makan, tiap kali ada diantara kami yang membawa makanan, tanpa basa basi makanan itu langsung pindah ke perut kami. Dan selalu saja saat setelah semua makanan itu habis, barulah mereka kembali berteriak histeris “Dietkuuuu.. :(“
“Kamu kemarin ke dokter sama siapa La?”, tanyaku kepadanya setelah aku menyusul Ayla menghabiskan satu mangkok nasi soto ayamku.
Ayla yang sedang mengupas pisang untuk minum obat pun menoleh kepadaku dan berkata “Sama Dira. Lama banget antrinya. Mana disuruh tes darah juga. Nunggu hasilnya satu jam.” Setelah selesai berbicara diapun menelan obatnya.
“Oh sama Dira, pantesan betah.”, kataku dengan nada meledek.
“Betah apaan? Engga lah, ke dokter gitu. Kalau jalan-jalan atau nonton sih betah.”, kata Ayla.
“Semua orang juga tau kalau itu La.”, kataku.
Karena tadi aku yang udah membeli makan malam maka sekarang giliran Ayla yang mencuci mangkok, sendok, dan gelas tempat kami makan. Setelah mencuci, aku dan Ayla lanjut mengobrol sampai malam. Malam itu sedang ada acara SCTV Music Award. Beruntung sekali saat itu TV Ayla sedang bisa diajak kompromi, yang biasanya selalu menampilkan gambar hitam putih bak TV jaman lampau tapi malam ini TV nya behasil menjadi TV modern yang penuh warna. Jarang sekali aku melihat TV Ayla sebagus ini. Malam itu terasa begitu menyenangkan, aku memutuskan untuk menginap di kosannya. Aku dan Ayla kembali berbagi cerita. Banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari cowok ganteng di tempat magang, dosen kami yang unyu dan ganteng, bahkan sampai seorang artis yang berpenampilan cetar membahana di SCTV Awards pun tak lepas dari pembicaraan kami. Aku memang sudah kangen bercerita kepada sahabatku ini. Walaupun aku bersahabat baik dengan Ayla namun karena tempat magangku yang jauh terpaksa aku dan dia berpisah untuk sementara waktu. Hanya sesekali kami saling mengunjungi dan menginap di kosan masing-masing. Malam itu juga aku senang, ternyata disaat aku tak ada disampingnya ternyata dia masih mempunyai seseorang yang bisa menjaganya. Untunglah Dira ditempatkan magang di dekat tempat Ayla magang, tepat di sebelah gedung kantor Ayla. Aku lega Dira ada sebagai seseorang yang selalu siap direpotkan oleh sahabatku yang manja ini. Aku tidak pernah merasa kehilangan Ayla, karena aku tahu dia bisa membagi waktunya untuk sahabat tersayangnya yaitu aku dengan orang yang juga dia sayangi yaitu Dira. Aku bisa belajar banyak dari sahabatku yang juga sedang belajar ini.