Aku membalik kalender di kamarku, artinya bulan baru telah datang dan hari-hari ke depan telah menunggu untuk dijalani. Setelah berlibur selama seminggu, akupun kembali meninggalkan kampung halamanku menuju tempatku menuntut ilmu. Yeah,, Welcome back Jakarta..!! Rasanya baru sebentar berada di rumah, namun jadwal kegiatan kampus sudah menunggu, semuanya akan kembali dimulai disini kawan, hari-hariku dengan dunia baruku sebagai seorang mahasiswa.
Aku turun dari bus yang mengantarkanku kembali ke Jakarta, satu tas besar bersarang dipunggungku, ditambah dengan satu tas jinjing yang tidak kalah besar. Barang bawaanku kali ini memang banyak, aku harus menyiapkan satu stel pakaian batik, satu stel pakaian hitam putih, dasi berwarna terang dan pernak-pernik lainnya yang diperlukan untuk PPK sesuai dengan himbauan sie kreatif PPK di kampusku. Yah, kedatanganku kali ini akan disambut dengan mengikuti PPK. Jika di kampus lain menggunakan istilah OSPEK untuk mengenalkan maba dengan dunia kampusnya maka lain dengan kampusku. Kampusku memilih menggunakan istilah PPK, entah darimana asal muasal istilah itu, setahuku kepanjangan PPK adalah Program Pengenalan Kampus dan kegiatannya tidak jauh beda dengan OSPEK.
Hari pertama PPK, aku harus berpakaian kemeja putih, rok panjang berwarna hitam, kerudung hitam karena aku berjilbab dan tak lupa sepatu pantofel hitam. Sedangkan para cowok mendapatkan suatu jackpot yaitu diwajibkan untuk mencukur rambut mereka. Terkadang aku merasa geli melihat mereka berkepala botak berbaris rapi, bagai melihat pin bowling yang siap menerima lemparan bola.
Kami dikumpulkan di suatu ruangan, kali ini tidak hanya 84 mahasiswa namun ratusan mahasiswa dari berbagai prodi. Kami mendapat wejangan dari kakak tingkat panitia PPK. Sungguh melelahkan mengikuti setiap permainan mereka dan harus berlaku manis setiap saat walaupun dalam hati merasa gondok. Beginilah nasib mahasiswa baru, harus larut dalam sandiwara yang telah disiapkan kakak tingkat. Nikmatilah saja, toh hanya sekali seumur hidup.
Kami berbaris rapi tepat di lantai lima, setelah seharian berlari naik turun tangga berpindah dari satu ruang ke ruang lain, mendengarkan ceramah, mengikuti semua kegiatan yang menguras energi akhirnya malam ini kami berada di hall. Acara penutup PPK hari pertama, evaluasi, yah selalu saja evaluasi. Mencari kesalahan kami dan akan mengusik ketenangan kami. Perlahan satu kakak tingkat maju ke depan membawa catatan nama anak-anak bermasalah dan langsung memberikan punishment bagi mereka.
Hari kedua PPK, kegiatan lebih difokuskan di ruangan. Mendengar seminar dari orang-orang penting pemegang kekuasaan di perusahaan tempat kampusku bernaung. Hari ini semua anak terlihat kurang fit. Kami semalaman begadang menyiapkan pernak-pernik PPK yang begitu susah, beginilah urutannya:
- Sebelum kembali ke rumah, sie Kreatif PPK memberitahu list barang yang harus kami bawa pada salah satu camaba. Camaba tersebut tidak boleh memberitahukan kepada siapapun kalau dia yang diberitahu. Yang dia lakukan adalah menunggu camaba lain bertanya kepadanya dan biarkan camaba lain itu yang menyebarkan ke semua angkatan. Bagaimanapun caranya semua camaba harus membawa barang sesuai perintah sie Kreatif PPK.
- Kami dipulangkan, dan harus mencari satu dari ratusan mahasiswa yang mendapatkan clue dan list barang tersebut dengan syarat semua acara cari mencari harus dilakukan diluar kampus.
- Satu langkah di luar gerbang kampus kami mulai sibuk bertanya. Saling tanya satu dengan yang lain, begitu seterusnya sampai ketemu satu orang yang membawa daftar barang-barang itu.
- Kami semua mencatat, menyebarkannya ke masing-masing kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
- Dari list barang tersebut terkadang ada semacam teka-teki yang harus dipecahkan misalnya: barang yang wajib dibawa “Coklat Ratu Perak”, setelah memutar otak akhirnya kami menemukan jawabannya adalah silverqueen.
Kami membagi tugas dengan anggota kelompok lain dan menyiapkan semuanya sampai pagi menjelang. Bahkan semalaman suntuk kami hampir tidak memejamkan mata. Masih sibuk menyiapkan semuanya, bahkan hal terkecil pun kami perhatikan agar tidak mendapat hukuman dari kakak tingkat.
Begitulah PPK, walau hanya tiga hari namun bisa menyita semua waktuku. Terlalu banyak yang harus dipersiapkan. Tak itu saja, kegiatan kampus yang lebih berat pun menanti. Yah, setelah PPK, outbond pun menanti. Mungkin jarang ada kegiatan outbond di tengah kegiatan Pengenalan kampus. Namun, inilah yang membedakan kampusku dengan kampus lain.
Outbond kali ini berbeda dengan outbond biasanya. Kami dilatih oleh tim khusus. Berbagai tantangan disiapkan untuk membentuk mental kami dan mengubah cara pandang kami terhadap suatu hal. Semua ini dilakukan sebagai bekal kami menghadapi kuliah di kampusku, tak berbeda jauh dengan outbond, begitulah kata salah satu dosenku. Memang terasa berat, push up, sit up dan teman-temannya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kami. Cuaca yang tak menentu menjadi hal yang biasa. Bahkan kami harus selalu membawa jas hujan di setiap kegiatan, hujan memang tak malu-malu datang tanpa permisi.
Selama tiga hari itu kami berada di tempat perkemahan, hidup seperti yang sudah mereka tulis dalam skenario. Tak ada berontak, tak ada mengeluh, hanya selalu berharap semoga outbond kali ini cepat berahir. Dan akhirnya tiga hari sudah kami berada di D’Junggle, tempat outbond kami. Sebelum acara ditutup kami semua diberi kesempatan untuk berlari melewati api yang berada di sisi kanan kiri kami. Terasa hangat dalam malam yang dingin. Kami juga menuliskan cita-cita kami di atas sebuah kertas dan memasukkannya ke dalam amplop. Tak lupa menuliskan alamat masing-masing, karena kelak kertas itu yang akan menjadi saksi atas komitmen yang kami bangun. Sungguh berkesan kawan. I love my campuss..
Mungkin memang ini duniaku, jika memang ini pilihanMu untukku maka aku akan hidup di dunia pilihanMu dengan bahagia.
kayaknya yang ini bukan fiksi..
#emang yang 2 part sebelumnya fiksi??!! *garuk2kepala
Latar dan tempat ga fiksi..
tapi kalo ceritanya FIKSI 😀
oh FIKSI?!
ahh.. jangan mengada-ada :p
siapa pula yg mengada ada?