Teruntuk kang Riyanto,
di Jakarta
Sudah lama Inah menantikan kabar dari akang, syukurlah akang baik-baik saja. Inah senang mendengarnya. Inah merasa bahagia mendengar akang bisa mencapai cita-cita akang, bekerja di perusahaan motor, pergi ke Jepang. Tentunya setelah ini Inah berharap akan lebih banyak cita-cita akang yang tercapai. Inah tau akang akan bekerja keras untuk mendapatkannya. Akang memang hebat. Sampai kapanpun akang akan selalu hebat.
Kang, ada satu hal yang ingin Inah sampaikan kepada akang, ini sekaligus sebagai jawaban Inah atas keinginan akang datang melamar Inah. Inah minta maaf kang, Inah tidak bisa menerima akang lagi karena Inah akan segera menikah. Inah tidak bercanda tentang ini. Semalaman Inah sudah memikirkan semuanya, akhirnya inilah keputusan yang Inah ambil, Bukan Inah tidak mencintai akang, akang akan selalu mempunyai tempat di hati Inah. Namun, karena kewajiban Inah untuk berbakti kepada bapak dan ibuk serta membahagiakan mereka. Walaupun mereka menyerahkan semua keputusan pada Inah. Namun, Inah tau kalau mereka sungguh menginginkan anak gadisnya segera menikah dengan seseorang yang telah datang kepada mereka untuk meminta ijin menikahi anak gadisnya.
Inah akan menikah dengan kang Arif, teman akang semasa sekolah. Kang Arif begitu baik kang. Dia telah mengembalikan kebahagiaan yang telah lama hilang di keluarga Inah. Ketika dia datang untuk melamar Inah, saat itu Inah melihat senyum bahagia dari bapak dan ibuk yang selama ini jarang Inah lihat. Dia juga sangat menyayangi Inah begitu pula keluarganya. Begitu banyak hal yang sudah dia lakukan untuk Inah. Dia menerima Inah apa adaanya, seharusnya Inah juga menerima dia. Ketika akang kembali, Inah sempat berpikir untuk membatalkan pernikahan Inah dan kembali bersama akang, Namun, Inah urung melakukannya kang. Akan banyak hati yang kecewa jika itu terjadi. Akhirnya Inah memutuskan untuk tetap menikah dengan kang Arif dan mulai belajar mencintai dia. Mungkin dia laki-laki yang dikirimkan Tuhan untuk Inah. Inah berharap semoga Tuhan juga segera mengirimkan perempuan yang terbaik untuk akang. Semoga akang ikhlas dan bisa menerima keadaan ini. Sungguh Inah tidak bermaksud mengkhianati hubungan kita kang.
Butuh waktu beberapa hari untuk mengirimkan surat ke akang, mungkin saat akang membaca surat ini, saat itu juga pernikahan Inah sedang berlangsung. Saat itu dan selanjutnya Inah sudah bukan lagi Inah yang dulu. Inah sudah menjadi istri orang dan Inah sudah berjanji untuk menjadi istri yang baik bagi suami dan anak-anak Inah kelak. Inah harapa akang berkenan memberikan doa dan restu atas keputusan Inah. Inah juga tak henti mendoakan untuk kesuksessan akang. Semoga akang selalu dalam lindungan Tuhan dan semoga akang bisa mencapai semua cita-cita akang.
Inah akhiri surat terakhir Inah untuk akang. Inah tau akang orang yang kuat dan akang pasti bisa menerima keputusan Inah.
Terima kasih atas semua kebahagiaan yang akang berikan kepada Inah selama ini.
Salam hangat,
Inah
Hari ini tepat tanggal 26 Juni, hari dimana pernikahanku akan berlangsung, hari ini juga aku akan memulai kehidupan baruku sebagai seorang istri dari laki-laki bernama Arif. Aku sudah menghapuskan semua tentang kang Riyanto. Aku akan menjalani kehidupanku yang baru bersama kang Arif. Aku akan mencintai dia seperti atau bahkan lebih dari cintanya kepadaku. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk kang Arif.
Pesta pernikahan itu pun berlangsung dengan lancar. Setelah ijab qabul selesai, aku sudah sah menjadi istri kang Arif. Kami berdua kemudian berdiri di tengah “padi-padi”, kerabat dan teman-teman kami secara bergiliran mendatangi kami untuk memberikan ucapan selamat dan doa. Beberapa mereka bahkan antri untuk bisa berfoto bersama kami.
Hari sudah siang, undangan sudah mulai sepi. Aku dan kang Arif memutuskan untuk beristirahat setelah mengganti pakaian adat pernikahan yang tadi kami pakai dengan pakaian biasa. Setelah itu kami duduk bersebelahan. Aku memandangnya, melihat gurat senyumnya dan wajahnya yang penuh perhatian. Mulai saat itu tanpa aku sadari aku sudah mencintai kang Arif. Dia melihatku yang sejak tadi tak melepas pandangan ke arahnya. Dia pun balas memandangku. Kang Arif memegang tanganku dan berkata “akang akan menjadi suami yang baik untukku Inah dan bapak yang baik untuk anak-anak kita kelak”. Aku terdiam sesaat, aku pun memegang erat tangan kang Arif, air mata bahagia seketika turun membasahi pipiku. Aku bersyukur memiliki kang Arif, sungguh sangat bersyukur.
Cinta tidak mati, cinta itu hidup, selalu bisa tumbuh subur di dalam hati. Mulai saat ini dan seterusnya hanya satu cinta yang akan tumbuh di hati Inah, cinta untuk kang Arif.
selesai