Haloo semuanyaa.. Teman, pernahkah kalian pergi ke Jakarta?
Ya di Jakarta, kalian bisa menemukanku di sana. Aku bukanlah suatu tempat yang banyak orang cari, bukan pula suatu benda mahal yang menarik perhatian orang. Aku biasa saja. Sama biasanya dengan apa dengan tempat kalian berada sekarang. Tapi, walaupun begitu, beberapa tahun belakangan ini aku sangat merasa tersanjung. Iyaa, aku tersanjung saat menantikan kedatangan dua orang cewek manis. Dua orang cewek yang menjadikanku tujuan utama ketika mereka datang ke Jakarta. Baiklah, kali ini aku akan menceritakan kepada kalian cerita tentang aku dan mereka. Simak baik-baik yaaa 🙂
Juni 2011,
Aku seperti kepompong yang bersiap mencapai bentuk terindahnya. Setelah beberapa tahun hidup penuh kekusaman dan penuaan, akhirnya tahun ini pemilikku dengan baik hati melakukan “permak” kepadaku. Tidak hanya perawatan kecantikan, pemilikku berencana untuk mendadaniku dan melengkapiku dengan banyak aksesoris sampai aku terlihat sempurna dan menarik orang lain. Walaupun aku tahu setelah sempurna nanti aku akan disewakan kepada orang lain, namun aku tetap senang. Setidaknya aku sudah menjadi lebih baik dibandingkan kemarin.
Pertengahan Juni 2011, aku sudah setengah jadi. Sudah dengan kulit baru, rambut baru, dan pijakan yang baru. Semua sudah baru. Aku nampak lebih lebih bersih dibandingkan sebelumnya. Aku semakin senang karena sebentar lagi aku akan siap untuk mendapatkan teman baru. Walaupun kami berbeda, namun aku senang menyebut orang yang nanti menempatiku sebagai “teman”. Siang itu menjadi siang pertamaku melihat orang lain selain pemilikku. Siang itu dua orang anak perempuan datang untuk melihatku. Mereka tidak sendirian, melainkan bersama pemilikku. Mereka masih berseragam saat itu, aku pikir mereka masih seumuran anak kuliah. Hihi.. Aku tampak grogi melihat mereka. Lihat, mereka semakin berjalan mendekatiku dan itu membuatku semakin gerogi, terlebih saat pemilikku mengantar mereka untuk masuk ke dalamku. Sungguh aku merasa belum siap dilihat mereka. Walaupun sudah dalam kondisi yang lebih baik, namun aku merasa masih belum sempurna. Beberapa menit mereka melihatku sambil mengobrol dengan pemilikku. Aku bingung apa yang mereka obrolkan. Saat itu, aku belum terlalu paham bahasa manusia. Aku hanya bisa menebak-nebak dari raut muka mereka. Setalah sempat melihat-lihatku, beberapa saat kemudian mereka berpamitan. Aku tidak tahu setelah itu mereka akan kembali lagi atau tidak.
25 Juni 2011
Ketika hari beranjak malam, aku terkejut melihat dua anak perempuan itu kembali datang menemuiku. Namun kali ini berbeda dengan kemarin. Kali ini mereka datang dengan membawa beberapa tas besar. Mereka membuka pintu, kemudian masuk dan meletakkan tas mereka. Berkali-kali mereka melakukan hal yang sama, baru berhenti setelah aku penuh dengan tas.
Kemudian mereka membongkar tas-tas itu dan menata baju-baju di lemari. Mereka juga membersihkanku, untuk pertama kalinya aku merasa bersih, bersih sekali. Kakiku dibasuh dengan air dan lap, rasanya segar segar. Aku mulai dipenuhi barang-barang mereka, dan mereka menatanya dengan baik. Aku penuh namun rapi. Sejak saat itu aku tahu bahwa mereka adalah teman yang dijanjikan pemilikku ketika memutuskan untuk membangunku.
Setiap hari, 24 jam aku selalu menemani mereka. Aku seperti menjadi saksi bisu untuk mereka. Aku tidak perlu bersembunyi dan memakai topeng memata-matai mereka untuk tahu kejadian-kejadian yang mereka alami. Aku cukup menjadi aku sekarang. Mereka akan selalu membagikan kisah kehidupan mereka kepadaku. Tentu banyak yang mereka bagikan, tak hanya senang. Sedih, kecewa, marah semuanya pernah aku lihat dari mereka.
Suatu hari, ketika mereka datang, aku melihat ada benda berwarna oranye ditangan mereka. Aku baru tahu kalau benda itu bernama “styrofoam”. Benda itu diletakkan di kakiku, kemudian mereka mengambil kertas dan spidol. Mereka menuliskan sesuatu di kertas itu. Semakin lama semakin penuh kertasnya, kemudian mereka menempelkan kertas itu di papan oranye dan menempelkan papan oranye di badanku. Aku membacanya, sepengetahuanku, tulisan itu berisi harapan/cita-cita mereka. Mungkin mereka menempelkannya agar selalu mengingatnya. Aku juga, aku akan membantu mereka agar selalu merahkan aku turut mendoakan mereka bisa mencapai semua keinginan mereka yang mereka. Suatu hari, aku melihat satu per satu tulisan itu di coret. Sungguh senang melihat mereka bahagia mendapatkan satu per satu harapan mereka.
September 2013
Satu kali lagi aku menjadi saksi di hari yang bersejarah bagi mereka. Hari ini, mereka berhasil menyelesaikan satu tahap belajar mereka. Iyaa, mereka sudah dengan sukses menyandang gelar A.md.. Aku senang mendengarkan cerita ke dag dig dug an mereka saat sidang. Dan yang membuatku lebih senang adalah saat aku melihat mereka berdua mencoret beberapa tulisan yang ditempel di kertas. Aku tahu mereka akan berhasil, dan ini merupakan awal langkah bagi mereka menuju kehidupan dan kedewasaan yang telah menunggu.
Hari-hari sebelumnya, aku selalu senang melihat cerita mereka. Namun kali ini selain senang, aku juga merasa sedih. Perasaanku campur aduk tidak terkira. Aku senang karena mereka berdua telah berhasil mendapatkan tempat kerja. Perjuangan mereka memang ‘keterlaluan’, berkali-kali pergi melakukan tes kerja sampai wajah mereka terlihat begitu leladh. Akhirnya semua perjuangan mereka terbayar ketika mereka sebentar lagi akan masuk ke dunia baru, dunia kerja. Namun aku sedih, sedih yang pertama kali begitu berat aku rasakan.
Malam itu acara makan malam tidak seperti biasanya. Biasanya mereka makan lele dengan lahap, dengan cerita-cerita yang seru dan tawa renyah mereka. Namun malam itu berbeda. Malam itu mereka makan sambil meneteskan air mata. Melihat mereka sedih, itulah kesedihanku yang begitu mendalam. Aku tahu memang berat untuk dua orang yang sudah lama berkumpul, kemudian keadaan mengharuskan mereka berpisah. Aku tahu rasanya, karena bagiku dia yang pergi tidak hanya meninggalkan temannya. Melainkan meninggalkan aku juga. Aku, pertama kalinya merasakan perpisahan. Kesedihan itu tak boleh berlama-lama. Setidaknya janjinya yang akan sering mengunjungi kami membuat aku dan yang ditinggalkan menjadi sedikit tenang.
***
Aku tersadar, aku bukanlah siapa-siapa namun mereka membuatku menjadikan siapa-siapa di kehidupan mereka. Bahkan mereka memberikanku hadiah, IM-K4, itulah pemberian mereka. Sebuah nama bagiku. Aku tahu mereka memberiku nama itu karena mereka menyayangiku.Begitu juga aku menyayangi mereka. Dimanapun nantinya mereka berada, aku akan tetap disini, menjadi kenangan untuk mereka. Sesekali mereka ingin bernostalgia maka mereka bisa mendapatkan semua kenangan dariku.
IM-K4, namaku mempunyai banyak arti, namaku merupakan kepanjangan dari nama mereka berdua Intan-Mia K4 (kamar 4), karena aku kamar no 4. IM-K4, Imperial Missisipi, entah dari mana kata itu berasal, setahuku Imperial berasal dari tulisan di kunci pintu,sedangkan Missisipi mungkin sebatas pelengkap agar lebih manis.
Aku, bukan benda, aku suatu kotak berukuran 4×5 meter yang menjadi saksi dari kehidupan yang mereka jalani. Persahabatan bahkan kekeluargaan aku melihatnya semua. Aku bangga sebagai IM-K4, dan aku berharap semoga mereka juga bangga mempunyai aku dan bangga menjadi diri mereka saat ini 🙂
-Selesai-
Note :
Ditulis disela-sela sela, dalam waktu yang lama, alhamdulillah selesai juga.
Huaaaa kalo aku AM-K3-K5 doooong….
se-rese2nya mas kos kita ga pernah pindah ya ma….
iya itu kosan hem ^^
hahaha.. panjang banget itu namanya AM-K3-K5.. hihihi
😀
iya, padahal sering genjatan senjata sama yg punya sama sebelahnya juga ya 😀
hahaha iya kan MirnaAgnes-Kamar3-Kamar5 gegara pindah ^^
Kira2 sampe kapan ya disana? 😀
hihihi.. sampai nanti pengen pindah 😀
sebelum pindah, kita hancurkan dulu ya.. 😛
Woke ayo hancurkan hahaha 😀
aaaaakkkk…. juwariyaaaaahhhhhh…
terharu deeehhhh :**
miss u IM-K4
apakah komennya gitu?
kan saya peserta mba -___-
aku komennya sebagai salah satu bagian dari cerita itu,,
bukan sebagai orang yg ngadain GA 😛
oh begichu.. hihihi 😀