Setiap berangkat kerja, aku dan suami selalu lewat sebuah rumah yang hampir setiap harinya ketika kami lewat akan terdengar lagu “Aduh senangnya pengantin baru. Duduk bersanding bersendau gurau. Bagaikan raja, dan permaisuri. “ Cukup segitu lirik yang aku ngeh, selanjutnya aku lupa liriknya. Lagu itu tidak tersengar asing buatku, karena biasanya di pernikahan-pernikahan tradisional masih sering terdengar lagu itu. Intinya setiap ada orang menikah, pasti lagu itu tak ketinggalan untuk disenandungkan. Kemudian aku dengan iseng iseng nyletuk ke suami “Mas, padahal mah jadi pengantin baru senengnya pas acara nikahan aja ya. Abis itu mumet ngurusin banyak hal.” Dan, suami cuma tertawa tanpa menjawab dengan kata-kata. Entah apa maksud dari tertawanya itu.
Disini, di kesempatan ini aku ingin berbagi cerita tentang kehidupan baruku dan suamiku. Hanya tentang kebahagiaan setelah kami menikah karena sebenarnya kehidupan kami setelah menikah tidak semulus seperti yang kalian atau bahkan aku sendiri bayangkan. Ketika kami harus menghadapi masalah, terkadang kami bisa sabar namun sering kali kami goyah. Kami yang masih sama muda, masih egois dan terkadang merasa berat menghadapi beberapa permasalahan yang belum juga terselesaikan. Dan ketika kami dalam kondisi itu, yang kami ingat hanyalah “SABAR” dan berusaha untuk saling menguatkan.
Baiklah mari kita mulai cerita bahagia ini…..
Satu hal yang berbeda antara sebelum dan setelah menikah adalah “kebetahan” di rumah/kosan. Sebelum menikah, aku sangat tidak betah di kosan. Aku lebih senang berada di luar, entah itu jalan-jalan, nonton, atau pergi ke mall dengan calon suami (dulu masih calon suami). Kenapa? Karena di kosan sangat sepi. Aku tipe orang yang tidak terlalu banyak berinteraksi dengan teman kosan. Entah, mungkin karena aku tidak menemukan teman yang cocok setelah beberapa teman kosanku memutuskan untuk pindah kosan. Nah, setelah menikah aku lebih dan sangat betah di rumah. Setiap hari libur aku malah memilih di rumah dibandingkan pergi ke luar. Walaupun di rumah hanya menonton tv atau melihat suami yang sibuk main dota, namun itu tetap menyenangkan. Dengan begitu, kami lebih bisa berhemat karena jarang jajan di luar. Hahaha
Semenjak menikah, aku juga lebih suka memasak. Sebenernya aku bukan tipe orang yang suka memasak, namun karena mempunyai suami yang sangat mendukung aku memasak, jadi semangat belajarku pun meningkat. Suami dengan telatennya mengantarkan aku untuk pergi belanja kebutuhan dapur. Bahkan suami tak jarang ikut membantu aku memasak. Pertama kali memasak entah bagaimana rasanya, yang jelas aku hanya bisa memasak tumis dengan dengan bumbu racik Indofood. Dibandingkan dulu, sampai sekarang sudah lumayan perkembanganku di dunia permasakan, walaupun tak jauh masaknya tetap saja tumis-tumisan. Namun, aku sudah berani membuat rasa yang lebih strong. Satu hal yang selalu membuat bahagia adalah suami yang tidak pernah (sampai saat ini ) komplain dengan masakan yang aku buat. Dia selalu berkata enak dan selalu menghabiskan makanannya. Sungguh suatu kebahagian yang nyata. Daan, satu lagi manfaat memasak sendiri adalah, aku jadi suka makan sayur. Aku adalah tipe orang yang pilih-pilih makan sayur. Namun berbeda dengan jika aku sendiri yang memasak sayur itu, apapun sayurnya akan habis dimakan olehku. Bahkan suami sempat bilang ke teman ketika makan bersama dan temanku kaget melihat aku makan tauge, suami pun berkata “Dia itu makan semua sayur semenjak dia masak sendiri, intinya dia sekarang pemakan segala.”
Berbicara dengan cucian, aku dan suamiku memilih untuk laundry karena kami belum mempunyai mesin cuci karena air PAM di rumah tidak mengalir selancar yang kami kira. Jadinya kami rutin melakukan laundry. Sedangkan untuk pakaian kecil, terkadang aku mencucinya sendiri. Bayangkan, jika biasanya aku hanya mencuci pakaianku saja, setelah menikah tentunya pakaian suami juga ikut aku cuci. Dan, sesekali ketika aku sibuk memasak, mencuci, dan berkeringat sana sini, suamipun berkata “Semoga setiap cucuran keringatmu bernilai ibadah dan menjadi pahala untukmu”. Seketika aku shock mendengar kalimat yang mengalir keluar dari mulut suamiku. Dalam hati “Ini suami belajar dari mana kalimat begitu”. Tapi dibalik keanehan suami berkata demikian, memang itulah kenyataannya. Bahwa menikah berarti menambah ladang ibadah untuk kita, tentunya jika kita lakukan dengan ikhlas. Aku sama sekali tidak perah terpikir bisa menjadi seperti sekarang. Namun semua itu terjadi begitu saja dan yang harus kita lakukan adalan menjalani dengan sebaik-baiknya.
Begitulah beberapa hal bahagia yang aku dan suamiku alami di pernikahan kami yang masih berumur jagung ini. Dan bagi kalian yang akan membaca ini. bukan bermaksud memamerkan kebahagiaan kami, hanya ingin sharing sekaligus menjadi pengingatku bahwa “Angin akan semakin kencang menerpa ketika kita berada semakin di atas, ombak akan semakin kuat menerjang ketika kita berlayar semakin ke tengah, pun permasalahan akan semakin banyak datang ketika kita semakin dewasa dalam kehidupan”. Seperti itulah nantinya kehidupan kami, aku dan suami akan mengalami diterpa angin dan diterjang ombak yang semakin lama semakin terasa berat. Namun satu hal yang kami pegang pasti bahwa kami percaya kepada Alloh, kami percaya satu sama lain, dan kami percaya doa orang tua. Maka ketika kami berusaha, berdoa, dan senantiasa berjalan di jalan Alloh maka Alloh akan memberikan yang terbaik untuk kami. Aamiin…
Semoga, buat teman teman yang belum dipertemukan jodohnya, disegerakan oleh Alloh. Ingat, menikah bukan lomba, jadi tidak perlu panik siapa yang cepat siapa yang tidak. Dan buat salah satu teman saya yang sedang dalam pencarian dan penantian jodohnya. Semoga dipertemukan di waktu yang tepat. Sekian. Next Post “Pertanyaan basa basi”.
kangen sama tulisan2 kamu sistt..
lanjutkan cerita bahagianyaaaa :**
Iya kak.. Biar menginspirasi kamu kak.. wkwkwkwk
Hello to all, how is all, I think every one is getting more
from this web page, and your views are nice in favor of new viewers.