Pertanyaan Basa Basi

Aku sangat tidak suka membahas tentang hal ini, tapi aku akan tetap menuliskannya agar sedikit berkurang beban menghadapi pertanyaan basa basi ini. Mungkin teman-teman yang memasuki usia 20-an akan mengalaminya. Betapa kita terkadang jengkel dengan pertanyaan basa basi. Seperti saat sebelum menikah, aku sering menghadapi pertanyaan “Kapan menikah?” Terlebih saat teman seusiaku atau adik-adik kelasku sudah menikah duluan dibandingkan aku. Namun beberapa bulan belakangan aku sudah bisa terbebas dengan pertanyaan “Kapan Menikah?”. Lantas apakah aku berhenti mendapatkan pertanyaan yang menggangguku? Tentu saja tidak. Ada satu lagi pertanyaan yang menurutku tak kalah basa basinya dengan pertanyaan tentang menikah. Yaitu pertanyaan “Sudah isi (baca : hamil) belum? Ga ditunda kan? Jangan lama-lama hamilnya.” Daaan, seketika mendapatkan pertanyaan itu rasanya adalah bagaikan makan pare. Pahit. Hati bergejolak namun raga tak mampu menyampaikan. Hanya tersenyum manis sambil menjawab “Doakan saja.” Seperti itulah rutinitasku menjawab pertanyaan yang datang setelah beberapa bulan ini aku menikah.

Menurutku pertanyaan itu lebih susah dijawab dibandingkan saat dulu aku ditanya kapan menikah. Dulu aku sudah bisa menentukan calon pendamping, tanggal pernikahan, dll tentu rasanya tidak begitu berat menjawabnya, karena semua sudah direncanakan, hanya tinggal berdoa semoga semua rencana berjalan dengan lancar. Berbeda kondisinya jika dulu aku belum tahu calon pendampingku siapa, dan sudah ditanya kapan menikah, nah kalau itu mungkin rasanya sama dengan pertanyaan sudah hamil atau belum. Susah untuk menjawabnya karena semuanya masih misteri. Jika ada orang yang bertanya padaku, aku pun demikian. Juga selalu bertanya-tanya dalam hati tentang hal itu. Selain menjawab pertanyaan, hal-hal yang belakangan ini sedikit menganggu pikiranku adalah ketika mendengar sekelilingku bercerita tentang program hamil, dan apapun yang berhubungan dengan kehamilan. Aku merasa kurang nyaman mendengarnya. Seperti itu menjadi topik yang sangat hangat dibicarakan belakangan ini. Sedangkan aku lebih suka menganut paham “Work hard in silence. Let your success be the noise”. Tidak terlalu banyak bercerita tentang yang aku alami karena cukuplah Alloh dan orang-orang terdekatku yang tahu, Selebihnya aku tipe orang yang tidak suka dikasihani, ketika aku banyak bercerita ke orang lain tentu akan banyak peluang mereka untuk mengatakan kasian kepadaku dan itu sungguh aku tidak suka.

Menghadapi kondisi lingkungan kerja yang seperti itu terkadang aku merasa lelah dan ingin sekali menghilangkan dan membuang jauh-jauh pikiran tentang omongan orang-orang. Namun agaknya susah karena sebagian besar hidupku berada di kantor. Maka, jika lingkungan tidak berubah, aku pun memutuskan untuk mengubah diriku. Aku bertekad untuk lebih menjaga bicara. Aku akan menghindari perbincangan yang menurutku membuat tidak nyaman dan memilih untuk diam. Selain itu, aku juga ingin menghindari perbincangan “nyinyir”, karena para kaum wanita akan susah menghindari “nyinyir” ketika sedang bersama. Susah memang, ketika terbiasa mengobrol banyak hal dengan orang lain dan tiba-tiba harus mulai mengontrol pembicaraan dengan orang lain. Terbiasa “kepo” dengan kondisi orang lain dan harus terbiasa tidak “kepo” dengan kondisi orang lain. Karena sejatinya tidak akan pernah ada akhir jika membandingkan diri dengan orang lain. Maka berhentilah membandingkan diri dengan orang lain dan fokuslah pada diri sendiri.

Sampai Kapan? Jika pertanyaan itu muncul akupun tidak tahu sampai kapan aku akan bersikap demikian. Mungkin sampai aku merasa cukup, maka aku akan berhenti. Suatu hari aku sharing dengan temanku, dan dia mengalami hal yang sama. Dia pun berkata “Lebih baik orang-orang tidak usah basa basi bertanya daripada menyakiti hati”. Awalnya kami berpikiran positif kalau pertanyaan itu merupakan sebuah bentuk perhatian. Namun belakangan dirasakan pertanyaan tersebut mengganggu. Walaupun begitu kami memutuskan untuk tetap menanggapi dengan positif . Semoga dikuatkan menghadapi semua pertanyaan yang muncul.

Alangkah baiknya jika pertanyaan basa basi yang terkadang membuat tidak nyaman itu diganti menjadi pertanyaan yang lebih enak di dengar. Aku lebih suka mendengar orang yang bertanya tentang bagaimana kabar suamiku, sekarang tinggal dimana, beran dll, Mereka pun bertanya untuk menunjukkan perhatiannya kepada pengantin baru. Jadi intinya, ada banyak cara menunjukkan perhatian kita kepada orang lain. Maka carilah cara yang tidak menyakiti orang lain.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: