Life Goal – “Merasa Cukup”

Ketika berbicara tentang hidup, maka akan juga bicara tentang tujuan hidup. Orang yang mempunyai tujuan dalam hidupnya, menentukan impian dan target yang akan dicapai akan hidup dengan lebih teratur dibandingkan yang tidak. Karena dia akan selalu berpikir, berusaha, dan berdoa untuk setiap impian yang ingin diwujudkan.

Baru semalam, aku dan seorang teman membicarakan tentang target dalam hidup. Aku berkata “Kenapa ya orang yang mengejar duniawi terlihat lancar-lancar saja dalam karirnya?”. “Ya, mengejar duniawi itu mudah. Yang susah mengejar akhirat. Dan orang yang mengejar duniawi, semakin dia mengejar akan semakin lupa tujuan hidup untuk akhirat”, kata dia menjawab.

Dan seringkali orang memang lupa dengan apa sebenarnya tujuan hidupnya. Apalagi yang tinggal di perkotaan, rutinitas sehari-hari yang begitu padat, pekerjaan yang terkadang menyita waktu, serta gaji yang cukup, membuat kita dengan mudahnya lalai dengan apa yang sebenarnya menjadi tanggung jawab kita di dunia. Membuat kita menjadikan pekerjaan sebagai suatu hal yang sangat penting dan gaji menjadi target yang sangat ingin dicapai dan dimaksimalkan jumlahnya.

Terkadang aku merasa terharu melihat orang-orang yang benar-benar mengandalkan keberuntungan dalam berjualan sehari-hari. Setiap berangkat kerja aku melihat bapak-bapak sibuk mengeluarkan buah dan menata di tempat dia berjualan. Buahnya tidak banyak dan  tidak terlalu bagus. Beberapa sudah terlihat ranum. Dia berjualan tepat di pingir pertigaan menuju jalan ke perumahan elit yang ramai dan biasanya macet. Dan pertigaan itu terletak di dekat supermarket yang menjual buah dengan kualitas lebih bagus tentunya. Dengan berbagai berita tentang kesehatan, maka aku pikir orang-orang perumahan itu akan lebih memilih untuk berbelanja buah di supermarket.  Sedangkan para pengendara motor belum tentu banyak yang membeli karena untuk berhenti/parkir aja susah saking padatnya pertigaan itu.

Mungkin kalau menjadi bapak itu, aku sudah menyerah untuk menjual buah di sana. Karena kecil kemungkinan  untuk buahku dibeli. Namun apa yang dilakukan bapak itu, bapaknya tetap menjual di sana. Dan selalu berharap agar jualannya laku. Bapak itu benar-benar tidak bisa memperkirakan berapa buah hari ini yang laku karena semuanya sangat tergantung pada keberuntungan. Tergantung Alloh mendatangkan berapa pembeli untuknya. Hal ini sangat berbeda dengan pekerja kantoran yang setiap bulan secara rutin mendapat gaji dengan jumlah yang cukup. Mereka pekerja kantoran mendapatkan itu pun tergantung oleh Alloh. Namun menurutku mereka lebih beruntung karena tidak harus bertanya-tanya setiap hari berapa pendapatanku hari ini.

Terkadang dalam hal penghasilan, pekerja kantor akan lebih merasa beruntung dibandingkan bapak penjual buah. Namun disadari atau tidak, mungkin saja di lain hal bapak penjual buah lebih beruntung dibandingkan pekerja kantoran. Dia mempunyai waktu yang lebih banyak untuk keluarga, untuk beribadah, dan yang lebih penting, bapak penjual buah akan lebih bersyukur dengan apa yang didapatkan. Mungkin benar kata orang, semakin banyak kita punya uang, semakin kita sering merasa kurang sehingga selalu ingin menambah pundi-pundi uang. Berbeda dengan kita yang selalu merasa cukup dan bersyukur atas rejeki yang diterima.

”Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, shahih kata Syaikh Al Albani).

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051, Tirmidzi no. 2373, Ibnu Majah no. 4137).
Sumber Hadist : https://rumaysho.com/3393-meraih-sifat-qana-ah.html

Advertisement

3 thoughts on “Life Goal – “Merasa Cukup”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: