“Kenapa Ntan? Lu ga mampu ngerjain web itu seminggu ? Gue perlu turun tangan? ”, canda seorang teman saat aku menanyakan tentang permintaan salah satu Direktur kami untuk perbaikan web rekrutmen kantor yang hanya diberikan waktu satu minggu.
“Ga mampu gue. Sok lah kerjain aja. Sekarang udah beda sama dulu, yang bikin gue ga mampu karena ada yang lebih prioritas di hidup gue daripada lembur ngerjain web itu seminggu.”,
Aku sedang mengalami dilema bekerja yang teramat sangat. Mungkin ini sudah lama aku rasakan, namun ketika aku masih single semua itu masih oke untuk kujalani. Beda sekarang ketika aku sudah berstatus istri orang. Kalimat “Istri harus berbakti kepada suami”, yang dulu terdengar klise sekarag sudah menjadi hal yang kubenarkan, kuyakini, dan selalu berusaha untuk kujalankan. Yah walaupun masih belajar untuk menjalankan itu dengan baik.
Dimulai dari hari Rabu, aku dan suami sudah merencanakan untuk pergi ke Courts membeli meja setrika sepulang bekerja. Yap, setelah adanya mesin cuci di rumah berarti kegiatan menyetrika juga dilakukan di rumah (karena tidak bisa laundry lagi). Rabu seperti biasanya aku masuk bekerja, dari pagi sampai siang semuanya berjalan lancar. Tenang. Namun semua berubah ketika Negara Api (Request dadakan User ) menyerang. “Report Cost Per Line harus jadi hari Jumat”, begitulah titah sang user. Dan itu berarti besok (Kamis), dimana orang-orang libur, dimana orang-orang upacara memperingati hari Kesaktian Pancasila, sedangkan aku tetap seperti biasanya dengan terpaksa harus masuk kerja. Sedih.
Hari Kamis, jam 9 pagi aku sudah bertengger di kantor. Rasanya sudah gagal focus karena liburan terenggut. Namun apapun itu report harus jadi. Dengan seadanya semangat akhirnya aku mulai mengerjakan. Report ini baru pertama aku lihat. Sang User hanya memberikan beberapa file Excel yang isinya kebanyakan angka, rumus yang aku harus mempelajarinya dulu sebelum membuat report yang sama menggunakan aplikasi PHP. Itu melelahkan. Jam 4 sore aku selesai mengerjakan report yang diminta Sang User. Aku puas dengan hasil kerjaku hari ini. Report sudah menampilkan data yang sesuai dan satu point plus-nya adalah waktu generate report nya cepat. Huh, betapa aku harus benar-benar berpikir untuk membuat report dengan waktu generate yang cepat.
Hari Jumat, tanggal 2 awal bulan, yang berarti “Hari Closing”. Fix hari ini pulang malam.
Hari Sabtu, tanggal 3 awal bulan, yang berarti “Hari Closing”. Fix hari ini masuk dan semoga tidak pulang malam. Ketika menulis ini pun aku sedang masuk kerja, stand by Closing Payroll. Aku tidak menyentuh project web rekrutmen dan malah asyik menuliskan ini. Entah kenapa bagiku menulis bisa mengurangi beberapa beban yang kurasakan.
Di kantorku, khususnya di Departemenku, IT memang ritme kerjanya seperti itu. Lembur menjadi suatu hal yang biasa, sama biasanya seperti permintaan aplikasi dadakan dari user. Entah itu dengan alsan urgent atau apalah yang jelas itulah lingkungan kerja disini. Lelah? Iya. Mungkin dulu semua ini tak kurasakan, aku masih single, aku mempunyai mimpi besar untuk bekerja sebagai Staff IT di Kementrian Komunikasi dan Informatika atau System Analyst di Pertamina. Jadi dengan bekerja sebagai Staff IT di perusahaan sambil melanjutkan kuliah S1, akan memberikan banyak pengalaman dan nilai untukku bisa mendapatkan impianku setelah lulus S1.
Namun sekarang beda kondisinya. Mungkin bekerja di Kementrian Komunikasi dan Informatika atau di Pertamina masih menjadi mimpiku, namun sudah tak lagi menjadi prioritas utama dalam hidupku. Ketika aku memutuskan untuk menikah, maka aku harus siap meleburkan mimpiku dan mimpi suamiku menjadi Mimpi Kita. Aku tak lagi ingin menjadi seseorang yang paling hebat. Aku lebih memilih suamiku menjadi seseorang yang hebat itu. Sedangkan aku berada disampingnya untuk memberikan semangat. Mungkin karena itulah salah satu alasan yang menjadikan aku tetap bertahan di kantorku. Walaupun aku sangat ini melebarkan karirku di luar setelah aku lulus S1. Bagiku bekerja seperti ini sudah cukup, posisi yang tetap walaupun pendidikanku sudah berbeda. Aku tetap menerima dan bersyukur.
Tapi dengan kondisi dimana aku harus masuk lembur sedangkan suamiku di rumah, terkadang membuatku sedikit baper hingga timbul pikiran untuk berhenti bekerja. Kenapa? Karena aku merasa urusan rumah tanggaku sedikit terganggu dengan aku yang lebih sibuk dibandingkan suamiku. Karena lelah, aku tidak bisa memasak saat sahur, alhasil kami sahur dengan makanan dari ibu mertua. Dan yang terpenting adalah waktu bersama suami rasanya berkurang. Entah, setelah menikah rasanya ingin selalu bersama suami, hmm mungkin efek pengantin baru kali ya.
Sekian curhatan kegalauan karena disuruh lembur terus menerus. Mungkin jika tidak awal bulan dan kerjaan tidak sepadat sekarang aku akan lebih santai dan menikmati setiap pekerjaan. Ya niatkan semuanya untuk ibadah, maka semua akan terasa ringan.