Dalam Hujan

Kelapa Gading hujan deras semenjak siang sampai sore jam pulang kerja. Saat itu aku dan suami memutuskan untuk menunggu hujan reda, baru meluncur ke rumah. Kami menunggu di kantor masing-masing. Aku sibuk bersama teman-teman menonton perlombaan Porseni kantorku, sedangkan suamiku sibuk bersama teman-temannya juga main games  di kantor.

Sampai jam 7 malam, hujan masih tak hentinya mengguyur Kelapa Gading. Sepertinya hujan tidak akan segera berhenti karena semakin lama semakin deras. Mengingat kami memakai sepeda motor ke kantor dan suami yang sedang masuk angin maka tidak memungkinkan kami menerobos hujan. Bisa-bisa suami tambah tambah lagi masuk anginnya.

Akhirnya kami memutuskan untuk naik Grab Car, maklumlah pasangan setengah muda ini belum mempunyai uang cukup untuk membeli mobil. Jadinya Grab Car menjadi pilihan penyelamat kami. Motor ditinggal di parkiran kantor suami, lalu suami mulai mencari Grab Car kemudian menjemputku ke kantor barulah kami bersama-sama pulang ke rumah di Bekasi. Sebenarnya, keputusan naik Grab Car pada malam itu, baru pertama kali terjadi dalam sejarah perjalanan kami. Karena beberapa alasan, yaitu biaya naik Grab yang mahal, kedua, mengingat motor kami tinggal di kantor berarti masing-masing kami harus naik Grab Bike untuk berangkat kerja keesokan harinya. Namun mengingat kondisi kesehatan suami yang sedang tidak baik, maka keputusan itu kami anggap tepat. Haha

Dalam perjalanan aku dan suami sama sama bertanya-tanya “Duh, Kelapa Gading deres banget hujannya. Apa kabar Bekasi? Apa kabar rumah kita? Banjir gak ya? “

Rumah kami terletak sejajar dengan jalan depan sehingga jika ada hujan yang cukup deras dan berlangsung selama berjam-jam kemungkinan air akan masuk ke dalam rumah. Begitulah adanya, jadi ketika hujan kami selalu berpikir tentang rumah dan khawatir banjir. Namun seperti biasanya suami selalu menenangkan dan bilang “Insya Allah engga banjir kok. Tenang aja ya”. Aku pun selalu meng- aamiin kan perkataan suami.

Ucapan adalah doa, maka yang dibilang suami benar. Sesampainya di rumah kami sedikit shock  melihat halaman rumah yang kering tanpa genangan air sedikitpun. Alhamdulillah. Kami senang. Kami pun langsung berjalan ke nasi goreng dekat rumah dan malam itu ditutup dengan perut yang kekenyangan setelah makan nasi goreng.

***

Cerita di atas adalah cerita beberapa hari kemarin. Sedangkan hari ini punya kisah yang hampir sama namun sedikit berbeda di akhirnya. Beginilah ceritanya,

Kelapa Gading hujan deras semenjak siang sampai sore jam pulang kerja. Saat itu aku dan suami memutuskan untuk menunggu hujan reda, baru meluncur ke rumah. Kami menunggu di kantor masing-masing. Aku sibuk bersama teman-teman menonton perlombaan Porseni kantorku, sedang ada perlombaan Semi Final bulu tangkis antara team satu divisiku melawan divisi lain. Jadi sembari menunggu hujan reda, aku bersama teman-teman mendedikasikan diri sebagai supporter untuk tim kami. Sementara aku menonton bulu tangkis, suamiku dengan aktivitas yang sama, bersama teman-temannya main games  di kantor.

Sampai jam 6 malam, hujan semakin lama semakin reda. Setelah sholat magrib kami memutuskan untuk pulang. Selesai sholat magrib aku menunggu dijemput suami, kali ini kami pulang naik motor. Kondisi badan kami alhamdulillah sehat dan hujan benar-benar reda, jadi naik motor adalah pilihan yang sangat tepat. Jalanan Jakarta – Bekasi seperti biasa rame rada macet tapi malam itu lumayan lancar, kami sampai di Bekasi kurang dari 1 jam perjalanan.

Sebelum sampai rumah, di tengah perjalanan kami memutuskan untuk mampir ke warung bakso. Sepertinya makan bakso anget-anget di malam dingin sehabis hujan, menjadi hal yang menyenangkan. Kami mampir di warung bakso “Raksasa”, aku memesan bakso anak (berisi mie kuning dan bakso ukuran kecil) sedangkan suami memesan bakso bapak (bakso campur dengan ukuran bakso yang lebih besar). Perut kenyang, hati makin senang. Kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah yang hanya tinggal beberapa menit lagi sampai.

Malam ini tidak ada pertanyaan “Apa kabar rumah kita? Banjir gak ya?”, karena hujan di Kelapa Gading hanya sebentar maka kami dengan hati teguh merasa bahwa rumah kami aman dari segala serangan banjir. Dan ketika sampai di depan rumah ternyata, Taraaaa… Halaman rumah sedikit basah namun tidak ada genangan air berarti. Aku mengambil kunci rumah dan membuka pintu, sampai di ruang tamu dan ternyata, Banjir ! Aku berjalan melihat ke kamar belakang dan dapur, kondisi yang sama seperti ruang tamu. Walau tidak banyak air menggenang tapi rumah kami malam itu kondisinya benar-benar habis diserang banjir. Lantai kotor bekas air dimana mana.

Aku langsung ke kamar belakang, ingin mengecek tumpukan cucian bersih yang belum sempat ku setrika. Alhamdulillah tumpukan cucian itu aman dan tidak terkena air karena posisinya sudah ku letakkan di atas. Entah kenapa tadi pagi sebelum berangkat kerja, sekilas melihat tumpukan cucian aku merasa ingin memindahkan tumpukan cucian ke atas. Padahal pagi itu cuaca sangat baik, matahari bersinar dan tidak ada tanda-tanda hujan. Sepertinya memang benar terkadang kita harus mengikuti perasaan, karena mungkin saja itu merupakan salah satu petunjuk.

Nah, selanjutnya aku dan suami pun mulai kerja bhakti mengepel rumah. Yippy ! Entah kenapa malam ini tidak seperti hari biasa saat kami terserang banjir. Dulu, beberapa bulan yang lalu setiap rumah kebanjiran, aku seperti merasa sangat kecewa dan marah, Marah dengan kondisi yang harus kami alami sedangkan orang lain tidak alami. Tapi sekarang berbeda, justru banjir malam ini kami hadapi dengan santai. Kami malah asyik bersama-sama mengepel rumah dan memindahkan barang-barang. Mungkin karena sebelumnya kami sudah makan, jadi rasa bahagia perut kenyang masih terbawa. Atau mungkin perlahan kami sudah mulai dewasa dalam menghadapi masalah. Memang waktu adalah cara paling ampuh yang diberikan untuk mendewasakan seseorang.

Dengan kondisi seperti itu. Kami, pasangan setengah muda ini memutuskan untuk mulai menabung dan berusaha melakukan renovasi untuk rumah kami. Dan kami tetap berusaha menjalani semuanya dengan santai, menunggu waktu terbaik untuk cita-cita yang masih belum tercapai.

Advertisement

One thought on “Dalam Hujan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: