Beberapa minggu ini aku merasa aneh. Berawal dari hadirnya tamu yang sangat amat tidak kuharapkan. Saat itu aku mood-ku mulai berubah. Mendadak suka marah dan sedih. Meratapi nasib, dan terlalu sering pertanyaan “Kenapa” datang mengganggu pikiranku.
Aku menyerah, mulai menyalahkan diri sendiri dan keadaan. Akhirnya aku pun mulai malas makan. Aku memaksakan diri pulang kampung hari Sabtu pagi dan Minggu sore kembali lagi ke Jakarta, tanpa suamiku ikut. Hari Senin, aku sampai di rumah sebelum subuh. Entah kenapa mendadak badanku terasa lemas. Aku enggan bangun untuk berangkat kerja. Tapi tetap kupaksakan, aku pun sengaja telat berangkat karena badanku terlalu lemas.
Hari Senin – Rabu aku bekerja dengan kondisi badan yang masih kurang fit. Aku memutuskan untuk minum obat Paracetamol dan Demacolin, berharap badanku semakin membaik. Beberapa saat memang membaik, tapi ternyata perkiraanku salah. Hari Rabu malam badanku kembali demam tinggi. Aku menyerah. Hari Kamis pagi aku diantar suami datang ke Klinik dekat rumah untuk periksa ke dokter. Badanku demam, tenggorokan sakit parah, batuk-batuk, juga semua badanku terasa capek.
Tidak seperti biasanya, hari ini dokternya telat datang. Sudah lebih dari 1 jam aku menunggu dokter yang tak kunjung datang. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Klinik lain. Alhamdulillah, hanya menunggu sekitar 10 menit aku pun sudah keluar dari ruang dokter. “Radang Tenggorokan”, begitulah kata dokter menjelaskan sakitku.
Hari Kamis – Jumat aku tidak masuk kerja. Sakit ini terus berlanjut kurang lebih 1 minggu baru aku benar-benar merasakan diriku yang dulu akhirnya kembali. Sebelumnya aku merasa seperti lemas dan tidak ada semangat. Pikiran kosong, enggan melakukan apapun, bahkan aku jarang mengobrol dengan suami. Aku hanya ingin tiduran di kasur dan diam tidak melakukan apapun.
Aku menyadari mungkin sakitku karena aku terlalu keras pada diri sendiri. Terlalu dalam merasakan kesedihan yang sebenarnya tidak perlu disedihkan.
Ketika badanku sudah agak mendingan, aku memutuskan untuk kembali bekerja. Berbeda dari sebelumnya,aku tetap masih kehilangan semangat. Aku tidak segiat biasanya. Aku seperti sedang marah dengan diriku, orang disekitarku, dan dengan keadaanku. Aku rasanya ingin menjauh. Toh buat apa aku dekat kalau tetap saja keadaan tidak berubah, pikirku.
Tetapi apa yang aku pikirkan itu benar-benar salah. Semakin aku menjauh, semakin pula aku tak merasa tenang. Lalu, aku pun memutuskan untuk kembali. Memulai lagi. Sejatinya untuk apa sih hidup ini jika bukan untuk beribadah. Dan jika memang ini jalanku untuk mendapatkan pahala lebih dari orang lain, maka aku ikhlas.
***
Tulisan di atas ditulis saat Minggu pertama bulan Ramadhan. Selama bulan ramadhan aku merasa ibadahku kurang maksimal, karena semua itu. Sedangkan tulisan ini aku tulis di bulan Juli, dimana aku sudah benar-benar memutuskan untuk kembali. Kembali menjalani kehidupan dengan biasanya. Aku sadar, semakin aku marah dan menyalahkan keadaan, justru membuatku semakin tidak tenang. Sedangkan ketika aku kembali ikhlas menerima keadaan, aku akan merasa tenang karena Allah ada didekatku. Seberat apapun, aku yakin Allah akan selalu menguatkanku.
Ada satu permasalahan, namun ada banyak jalan yang bisa kita tempuh. Aku pernah menempuh satu jalan, dan mungkin aku harus mencoba jalan lain yang lebih baik.
“Aku baik-baik saja”, yang selalu aku katakan pada diri sendiri dan yang selalu aku perlihatkan ke orang lain tentangku. Namun, dibalik itu semua, aku memang selalu berusaha untuk itu.
come on ma,,,, don’t be so hard with your self ma…. semangat. Allahu ma’ana
Thank you ya.. Now, I’m okay 😀