Ternyata semakin mengenal seseorang, akan banyak sisi lain dari dirinya yang terlihat pada kita. Seperti hari ini, salah satu teman kantor mengirimkanku pesan panjang di Whats App dengan judul “Salah kirim email”. Aku pikir, mungkin dia salah kirim email lalu memintaku untuk mengeceknya, wajar karena aku orang IT. Aku mulai baca pesan itu. Semakin ku baca ternyata isinya seperti sebuah cerita. “Oh mungkin kisah-kisah inspirasi yang biasa di broadcast di WA”, lalu aku hentikan membacanya karena terlalu panjang ceritanya.
Keesokan harinya kami bertemu di kantor, lalu dia menyapaku dan bertanya apakah aku sudah membaca pesan darinya atau belum. Aku bilang hanya membaca sekilas. Dia pun berkata bahwa itu kisah nyata dan dia hanya mengirimkan ke orang-orang tertentu saja, termasuk aku. “Duh” dalam hatiku merasa tidak enak karena belum sempat membacanya. Aku pun berkata jika nanti akan aku baca.
Di sela-sela waktu istirahat, aku sempatkan membaca kisah yang cukup panjang itu. Intinya sih bercerita tentang pengalaman dia di kantor. Pengalaman yang membuat dia cukup malu, tapi menurutku itu biasa saja. Beda orang beda sikap pastinya. Lalu aku WA ke dia “Mba, aku udah baca ceritanya”. Dia pun membalas “Jadi gimana kesimpulannya?”. Aku bingung ditanya begitu. Tak ku sangka dia menyuruhku menyimpulkannya. Hmm.. Ku mula berpikir untuk mengeluarkan komentar yang sekiranya akan diterima baik olehnya, karena memang temenku ini sangat perasa jadi aku harus hati-hati berucap.
“Gak apa-apa mba, itu hal yang wajar. Justru kadang momen-momen begitu jadi lucu buat jadi cerita di masa depan kalo udah kelewat. Dan orang-orang yang bercandain kita bisa jadi karena mereka perhatian, bukan niat ngeledek, karena memang ga ada yg perlu diledek kok.” Send. Aku kirimkan pesan itu. Dia pun merespon dengan positif . Lalu kita melanjutkan sedikit obrolan.
Satu hal yang aku pelajari bahwa setiap orang ternyata mempunyai sisi lain dari dirinya yang mungkin hanya dia tunjukkan ke orang-orang yang dia pilih. Seperti temenku ini, aku gak pernah tau dia bisa berkisah melalui cerita sepanjang itu. Ternyata dia lakukan itu. Mungkin bagi orang-orang yang tidak banyak bicara, menulis menjadi salah satu cara untuk meluapkan emosinya, agar pundak lebih ringan dikala ada badai datang.
Juga setiap orang pasti memerlukan orang lain untuk menjadi tempat cerita. Bukan untuk meminta solusi melainkan hanya untuk bisa menjadi pendengarnya. Cukup menjadi pendengar yang baik sudah akan sangat berarti bagi mereka.
Hari ini aku bertekad untuk berusaha menjadi pendengar, bukan lagi pencerita. Sepertinya selama ini aku lebih sering menjadi pencerita. Kata temenku sih kalo aku yang cerita kadang jadi lebih hidup (halah). Tapi ku putuskan untuk mencoba menjadi pendengar yang baik karena dengan mendengar kita bisa belajar dari orang lain. Hehehe
Setelah sekian lama ga posting di blog, okelah ku posting. Kali ini postingannya suka-suka, mau nulis apa aja yg penting posting aja. 🙂