Cinta Itu untuk Belajar

Dicintai atau mencintai ? Enakan mana ya ? Pertanyaan yang kadang terlintas dipikiran anak-anak muda, seumuran anak SMA lah. Mungkin pertanyaan itu muncul ketika dihadapkan dengan kegalauan. Karena aku pernah SMA, maka pertanyaan itupun pernah terpikirkan olehku. Namun karena saat itu juga aku masih muda jadi terasa seperti angin lalu. Cepat terlupakan.

Oke, kali ini aku tidak akan membahas tentang apa yang aku katakan di paragraf pertama. Namun tentang judul tulisanku kali ini “Cinta itu untuk belajar”. Maksudnya apa ya? Malam ini, disela-sela istirahatku setelah mencuci baju, kalimat itu tiba-tiba muncul saja di pikiranku. Mungkin karena terlalu bersemangat ingin kembali mengisi blog baru maka muncul ide secara tiba-tiba.  Hehe

Dimulai dari kalimat  “ Di dunia ini tidak ada yang sempurna “  yang berarti sangat tidak mungkin jika kita mencari kesempurnaan di dunia ini. Apapun itu pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Lalu apa hubungannya dengan cinta ? Sebenarnya tak hanya cinta kata yang tepat untuk membuat kita mengerti arti dari ketidaksempurnaan. Banyak hal lain yang akan mengajarkan kita arti kata tersebut. Namun cinta mungkin bisa menjadi satu hal yang paling bisa mengajarkan keduanya.

Kita tak harus mencintai ketika kita terpilih menjadi orang yang dicintai. Namun alangkah baiknya jika kita bisa dicintai dan mencintai. Ketika kita mencintai maka saat itulah kita harus mengenal kata “ketidaksempurnaan”. Jika menuntut kesempurnaan maka jangan harap bisa mencintai. Karena, Cinta itu tulus, menerima dengan apa adanya. Dengan begitu cinta juga akan merima segala bentuk ketidaksempurnaan.

Maka mulailah dengan cinta, karena cinta itu belajar. Belajar tentang keikhlasan.

Advertisement

Willkommen

                Berhubung tadi pas jam kuliah pak dosenku memberi surprise dengan mendatangkan mba1 bule dari Jerman maka sebagai ucapan syukur atas terbentuknya blog baruku dan sebagai ucapan selamat datang untuk teman-teman, kali ini aku ingin menyapa kalian dengan bahasa Jerman juga.

“ Willkommen freund, herzlich willkommen auf meiner Lebensgeschichte. Wir sehen uns in Deutchland “ 2

Anggaplah tulisan ini bebagai ucapan tulisan selamat datang, walaupun bukan postingan pertama. Aku ketika sedang menulis ini merasa sangat bersemangat untuk menulis, kenapa? Karena aku begitu antusias untuk mengisi blog ini, seperti yang aku katakan, ini blog baruku. Sebelumnya aku sudah mempunyai blog yang lumayan banyak menerima curahan hatiku, bukan aku berpaling darinya namun aku ingin suasana baru, dan menjadikan blog ini sebagai catatan perjalanan hidupku mulai ketika aku menuliskannya sampai nanti, karena sudah saatnya mulai melupakan masa kegalauan dan keremajaan dan mulai melirik masa ketenangan dan kedewasaan.

Pertama kali aku mengatakan kepada seseorang yang akhirnya membuat blog ini untukku adalah “aku ingin membuat blog yang dewasa”. “Dewasa”? Mungkin dia sedikit kurang mengerti kata-kataku. Mungkin karena usiaku yang mendekati kepala dua, maka kata dewasa mulai cocok denganku. Namun apapun itu, membuat blog baru adalah sesuatu yang ingin aku lakukan. Tentang hubungannya dengan kata dewasa, bukan berarti semua tulisan di blog ini akan aku isi dengan tulisan yang penuh kedewasaan, bukan, karena itu bukan aku. Namun aku akan berusaha mengisinya dengan sesuatu yang berbeda dibandingkan tulisan di blogku sebelumnya.

Sedikit sharing, tadi ketika sesi  tanya jawab bersama mba bule, salah satu temanku menanyakan perbedaan kultur antara Indonesia-Jerman yang harus kami antisipasi jika kami ingin melanjutkan belajar di Jerman. Dengan terbata-bata mba bule itu menjawab pertanyaan itu. Dan dengan sigap pak dosenku segera menjelaskan kembali jawaban mba bule kepada kami. Satu hal yang sangat penting harus kami persiapkan adalah kedisiplinan. Kata pak dosenku,

 “Alam mendidik mereka untuk disiplin, dan mereka pun melakukannya“

Menurut penjelasan pak dosenku, ketika musim dingin, maka disitulah alam mendidik mereka. Mereka harus tepat waktu jika akan berpergian atau melakukan sesuatu di luar, menyesuaikan suhu yang dengan seketika bisa berubah. Mungkin kedewasaan juga seperti itu. Alam akan mendidikku untuk menjadi dewasa, perlahan namun itu pasti akan terjadi dan aku akan melakukannya.

Saat di kelas bersama mba bule, teman-temanku terlihat begitu antusias, mungkin  beberapa dari mereka berkeinginan melanjutkan belajar ke negara itu. Sedangkan aku, sampai saat ini belum terpikir apakah aku benar-benar ingin melanjutkan belajar di luar negeri atau tidak. Walaupun sedikit, pasti keinginan itu ada. Sedangkan negara yang aku pilih, bisa jadi Jerman bisa juga negara lain. Dan ketika aku ingin memutuskan untuk melanjutkan belajar di Jerman, maka aku harap bisa berjumpa dengan mimpiku di sana.

Catatan kaki :

1 “mba” panggilan sapaan teman-temanku ke bule itu

2  Dalam bahasa Inggris berarti  “ Welcome friend, Welcome to my life story.. See you in Germany “ atau dalam bahasa Indonesia “ Selamat datang teman, selamat datang diperjalanan hidupku. Sampai berjumpa di Jerman “.

Pesan Ibu untuk Anaknya

My first essay..

Pesan Ibu untuk Anaknya

                Enam pulun enam tahun sudah usia Ibu Pertiwi.  Tahun ini, usianya pun bertambah lagi. Begitupun tahun-tahun selanjutnya, akan selalu bertambah satu setiap tahunnya. Usia menandakan tingkat kematangan. Enam puluh enam  tahun bukan usia yang muda, bukan juga usia yang tua. Enam puluh enam tahun menunjukkan betapa banyak hal yang telah dilewati. Deretan peristiwa dan kejadian yang telah ibu pertiwi alami, Berjuta perasaan yang mengikuti setiap kejadian tersebut.  Perasaan sedih melihat jerit tangis  anak bangsa, kecewa melihat derita anak bangsa.  Namun, perasaan lain juga muncul, perasaan senang ketika melihat canda tawa anak bangsa, rasa bangga melihat keberhasilan anak bangsa, dan rasa haru melihat anak bangsa mengibarkan merah putih di negeri lain.

Terlalu banyak cerita dalam  kehidupan ibu pertiwi. Berawal dari keberadaan ibu pertiwi sebagai salah satu  negara kepulauan terbesar di dunia. Ketika orang-orang barat menemukannya, hingga mereka yang berlomba-lomba datang untuk mencari hasil bumi yang begitu melimpah. Berlanjut ketika mereka mulai memindah tangankan ibu pertiwi, Mereka yang merasa memiliki hingga berhak memindah tangankan ibu pertiwi. Padahal sama sekali tidak. Ibu pertiwi bukan milik mereka, ibu pertiwi milik kita dan  anak cucu kita kelak.   Mungkin itulah satu kalimat yang membangunkan  kembali semangat anak bangsa untuk kembali memiliki ibu pertiwi seutuhnya, secara dejure maupun de facto. Akhirnya perjuangan pun berlangsung, ribuan nyawa dipertaruhkan, darah  mengalir disana sini. Hasil yang sepadan pun didapatkan, ketika dengan suara lantang salah satu anak bangsa mengumandangkan pernyataan kemerdekaan ibu pertiwi. Peristiwa itu yang sampai saat ini dan seterusnya akan dikenang sebagai hari lahirnya ibu pertiwi, pertama kalinya terlahir sebagai negara kesatuan. Ditandai dengan bersatunya semua anak bangsa dari Sabang sampai Merauke, satunya cita-cita demi ibu pertiwi.Continue reading “Pesan Ibu untuk Anaknya”