Piala Dunia dan Kakek

Sejak kecil aku sudah terbiasa melihat pertandingan sepak bola. Kakekku semasa hidupnya menjadi ketua persatuan sepak bola di desa kami. Kakek sebagai pelatih, menyiapkan segala kebutuhan untuk pertandingan dengan dibantu anggota tim-nya. Setiap akan bertanding, semua pemain sepak bola berkumpul di rumahku, ganti baju, dan mengambil perlengkapan yang dibutuhkan yang semua perlengkapannya disimpan di rumahku. Kakek sangat totalitas dengan sepak bola. Dan aku sering diajak kakek melihat pertandingan sepak bola.

Setiap piala dunia, kami selalu menonton bersama jika ada tim kami yang bertanding. Kakek menjagokan Brazil. Aku? Karena tidak tau sejarahnya dan belum ada negara favorit dan karena di film Tsubasa sukanya sama Brazil. Maka aku ikut-ikutan menjagokan Brazil, sama seperti kakek.

Pernah saat Piala Dunia pas jaman aku SMA, aku dan kakek bersama menonton pertandingan Belanda vs Negara mana aku lupa. Nah disitu aku menjagokan Belanda, aku sampai memakai kaos orange untuk mendukung Belanda. Sedangkan kakek memakai kaos yang sama dengan lawan Belanda. Seru menonton bersama kakek.

Itu dulu. Sebelum semuanya berubah.

Continue reading “Piala Dunia dan Kakek”

Advertisement

Cerita Rumah – 1

Sedari pertama merencanakan pernikahan, banyak hal yang harus kita pikirkan. Salah satunya adalah tempat tinggal. Sering kali kami mengobrol dan akhirnya bersepakat untuk tidak mengambil rumah dengan sistem kredit seperti kebanyakan orang lakukan. “Lebih baik kita mengontrak”, kataku dengan tegas kepada suami. Diapun sependapat. “Riba”, mungkin kebanyakan orang akan berpikiran seperti itu ketika melihat keputusan kami untuk tidak kredit rumah. Namun sepertinya saya belum terlalu cukup ilmu untuk membahas tentang hukum riba. Bukan menyangkal, memang itu salah satu alasan kami kenapa memutuskan untuk tidak kredit rumah.  Namun alasan lain adalah, ketidak-biasa-an kami berdua dalam hal hutang. Apalagi jika kredit rumah hutangnya tidak hanya satu dua tahun melainkan belasan atau bahkan bisa sampai 25 tahun.  Aku tipe orang yang tidak tenang kalau ada hutang, aku selalu mencatat hutang-hutangku ke orang lain dan membayarnya walaupun telat dan kadang orang yang aku hutangi sudah terlanjur lupa. (jangan dicontoh ya teman-teman)

Nah juga, orang tuaku dan orang tua suamiku juga tidak setuju jika kita mengambil kredit rumah. Itu membuatku dan suami semakin yakin untuk hidup mengontrak setelah menikah. Kami saat itu yakin semua akan ada jalannya.

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik. (HR Ahmad).”

Continue reading “Cerita Rumah – 1”

Ensensi Bekerja

Bagiku, bekerja itu bukan hanya rutinitas sehari-hari. Bukan pula hanya untuk mendapatkan gaji rutin tiap bulan. Lebih dari itu, bekerja kujadikan salah satu tempat untuk memanfaatkan ilmu membantu orang lain. Aku bekerja sebagai staff IT di perusahaan swasta. Sehari-hari aku bertugas membuat aplikasi online untuk memudahkan orang-orang mengerjakan pekerjaan mereka. Walaupun tujuan akhirnya adalah penghematan biaya agar bisa menambah laba perusahaan, namun aku tidak memikirkan itu. Aku hanya berpikir untuk memanfaatkan ilmuku dengan baik.

Lalu apa semua orang sependapat denganku? Tentu saja TIDAK. Setiap orang akan punya tujuan masing-masing dalam bekerja. Dan itu terlihat dari bagaimana cara dia bekerja sehari-hari. Ada yang datang, duduk, langsung sibuk bekerja. Bahkan saking banyaknya pekerjaan, dia harus lembur setiap hari. Ada juga yang datang, duduk, bekerja seperlunya. Malah mungkin kebanyakan mengobrol dengan teman sekantor.

Rajin atau tidaknya seseorang bekerja, mungkin juga dipengaruhi oleh banyaknya tugas yang dia kerjakan. Nah, ada satu orang yang bertugas membagi-bagi pekerjaan, yaitu atasan. Sebagai atasan yang baik, sewajarnya membagi pekerjaan anak buahnya dengan adil. Bukan berat sebelah atau ringan sebelah. Sedangkan pada kenyataannya, ada beberapa atasan yang berat sebelah. Mungkin karena si A mempunyai kemampuan lebih, maka si A mempunyai beban yang lebih besar daripada si B. Mungkin juga karena hal-hal lain yang hanya atasan yang bersangkutan yang paham.

Continue reading “Ensensi Bekerja”

Bootstrap Drag and Drop

Assalamualaikum.. Apa kabar semua?
Kali ini aku akan kembali membahas tentang dunia Programming yang sepertinya sudah lama banget ga dibahas. Berhubung aku masih bekerja sebagai Programmer dan akhir-akhir ini aku menemukan sesuatu yang baru, jadi aku ingin sedikit berbagi dengan kalian.

“Bootstrap”. Mungkin beberapa dari kalian yang programmer banget sudah tak asing mendengar istilah itu. Projek kali ini berhubungan dengan form sturktur organisasi. Si user aku ini ingin mudah menginputkan nama-nama orang di sturktur organisasinya, jadi dia minta dibuatkan form bentuknya persis sturktur organisasi. Setelah searching sana sini, coba beberapa kali, akhirnya ini lah bentuk form yang terpilih.

Bootstrap

Diatas ada tabel yang berisi posisi di struktur organiasasi. Di setiap baris tabel itu bisa diisikan nama karyawan yang berasal dari daftar nama karyawan yang ada di bawah. Cara mengisinya dengan cara Drag nama karyawan yang ada di bawah lalu di Drop di baris tabel yang dipilih. Simpel kan?

Untuk source lengkapnya, bisa didownload disini Bootstrap. Kemudian copy aja dan save dalam format html. Langsung bisa dijalankan.

Selamat mencoba ^^

Minggu

Minggu, 04 Maret 2018 tepat seminggu aku dan suami meninggalkan rumah dan tinggal di Kelapa Gading. Hari ini, kami akan makan siang di Mall Artha Gading. Entah sudah berapa purnama kami tidak ke Artha Gading. Padahal sewaktu kuliah, Artha Gading menjadi mall paling sering kami kunjungi, sedangkan semenjak bekerja kami sudah tak sering pergi ke sana.

Jam 10 aku bersiap mandi. Di tempat baru ini, aku hanya membawa beberapa baju karena aku pikir tak akan banyak waktu untuk jalan-jalan karena suami sibuk bolak balik Kelapa Gading – Bekasi untuk memantau renovasi rumah. Jadilah aku memakai gamis yang sebenernya sudah lama aku beli namun baru nemu dan  baru ingat kalau pernah beli gamis itu pas kemarin bongkar-bongkar rumah. Kebiasaan.

Gamis kali ini aku beli di online shop dari instragram, namanya “Pulchra Gallery”. Semenjak memutuskan untuk mulai membiasakan diri memakai gamis, Pulcha Gallery menjadi online shop favoritku. Untuk pertama kalinya aku berkali-kali beli gamis ya di online shop ini. Bahkan tak jarang aku sibuk mencari gamisnya di Shopee dari beberapa toko lain jika kehabisan stock saat berebut order langsung dari Pulchra.

Continue reading “Minggu”

Sudahkah Kita Bersyukur?

Sudahkah kita bersyukur atas hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupan kita? Mungkin jika mendadak kita mendapatkan sesuatu yang besar, barulah kita bersyukur. Sedangkan terkadang kita melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya itupun rejeki yang diberikan, hanya saja terkadang kita menganggapnya biasa. Nah, mungkin saja Allah memberikan musibah sebagai pengingat untuk kita akan hal-hal kecil yang harusnya juga kita syukuri dengan sungguh-sungguh.

Seperti, sebagian dari kita yang diumur masih muda, sudah diberikan rejeki cukup untuk bisa berkurban setiap tahunnya. Dibandingkan dengan sebagian yang lain yang masih belum diberikan rejeki berupa pekerjaan tetap. Juga yang sudah diberikan kesempatan besar oleh Allah untuk datang ke rumah Allah, karena tidak semua orang akan mendapatkan kesempatan yang sama. Maka hal itu merupakan suatu hal yang besar bagi sebagian orang, namun bisa juga sebagai hal yang biasa saja bagi orang-orang yang bisa dengan mudah untuk berkurban dan pergi mengujungi rumah Allah. Namun, jika kita selalu bersyukur maka betapa hal kecil itu terasa besar nikmatnya bagi hidup kita.  Dan Allah tentunya akan menambah nikmatnya kepada hamba Nya yang bersyukur.

Lagi dan lagi aku dan suami mendapatkan suatu rejeki yang mungkin menurut sebagian orang sangat sepele namun begitu berarti bagi kami. Seperti biasa, cerita ini akan tidak jauh jauh dari cerita tentang rumah dan banjir. Sore itu langit mendung, hujan pun turun dengan sangat deras. Aku dan suami seperti biasa menunggu hujan reda. Jam 7 malam hujan perlahan mulai reda menyisakan gerimis tipis yang tak begitu membuat basah. Aku dan suami pulang ke rumah.

Continue reading “Sudahkah Kita Bersyukur?”

Cantik Parasmu

Setiap orang akan diberikan anugrah yang berbeda-beda dari Allah, dan tinggal bagaimana cara kita mensyukuri dan memanfaatkan dengan baik anugrah yang diberikan itu. Dalam sebuah komunitas, tentulah ada orang yang dianugrahi kepandaian, kecantikan, tingkat percaya diri yang lebih dibandingkan orang lain. Namun tak berarti kita harus men-spesialkan seseorang tersebut.

Tak jarang di kehidupan pekerjaan kita akan dengan mudah menemukan sosok orang yang pandai dan sosok orang yang cantik dalan suatu lingkungan yang sama. Dan inti dari bekerja adalah bagaimana pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan baik. Bukan tentang siapa yang pandai dan siapa yang cantik.  Salah satu teman pernah bercerita padaku, hari itu dia diberikan tugas oleh atasannya untuk mengerjakan laporan keuangan bulan itu. Setelah menyelesaikan laporan, si temanku mendatangi atasannya langsung dan si atasan pun mengecek laporan itu dan berkata,

“Oke, sudah sesuai. Tolong kamu berikan si B. Biar dia minta tanda tangan ke Manager. Soalnya Manager minta kalo tanda tangan biar si B yang ngasih”.

Ngek, seketika ekspresi wajah temanku pun berubah. Lah kenapa harus si B yang meminta tanda tangan, bukankah ini hasil kerja si temanku. Dan, alasannya adalah karena si B cantik, enak dipandang mata sehingga Manager lebih suka si B dibandingkan temanku.

Continue reading “Cantik Parasmu”

Dalam Hujan

Kelapa Gading hujan deras semenjak siang sampai sore jam pulang kerja. Saat itu aku dan suami memutuskan untuk menunggu hujan reda, baru meluncur ke rumah. Kami menunggu di kantor masing-masing. Aku sibuk bersama teman-teman menonton perlombaan Porseni kantorku, sedangkan suamiku sibuk bersama teman-temannya juga main games  di kantor.

Sampai jam 7 malam, hujan masih tak hentinya mengguyur Kelapa Gading. Sepertinya hujan tidak akan segera berhenti karena semakin lama semakin deras. Mengingat kami memakai sepeda motor ke kantor dan suami yang sedang masuk angin maka tidak memungkinkan kami menerobos hujan. Bisa-bisa suami tambah tambah lagi masuk anginnya.

Akhirnya kami memutuskan untuk naik Grab Car, maklumlah pasangan setengah muda ini belum mempunyai uang cukup untuk membeli mobil. Jadinya Grab Car menjadi pilihan penyelamat kami. Motor ditinggal di parkiran kantor suami, lalu suami mulai mencari Grab Car kemudian menjemputku ke kantor barulah kami bersama-sama pulang ke rumah di Bekasi. Sebenarnya, keputusan naik Grab Car pada malam itu, baru pertama kali terjadi dalam sejarah perjalanan kami. Karena beberapa alasan, yaitu biaya naik Grab yang mahal, kedua, mengingat motor kami tinggal di kantor berarti masing-masing kami harus naik Grab Bike untuk berangkat kerja keesokan harinya. Namun mengingat kondisi kesehatan suami yang sedang tidak baik, maka keputusan itu kami anggap tepat. Haha

Dalam perjalanan aku dan suami sama sama bertanya-tanya “Duh, Kelapa Gading deres banget hujannya. Apa kabar Bekasi? Apa kabar rumah kita? Banjir gak ya? “

Continue reading “Dalam Hujan”

Bergaul yang Baik

Hari ini sambil lembur di kantor tetiba ingin googling “Adab seorang istri berteman dengan lawan jenis”, berat juga ya googling nya. Nah, kenapa aku googling itu karena didasari dengan kondisiku sekarang ini. Ku sudah resmi menjadi seorang istri dan di kantor  sejak masih single aku juga sering mengobrol dengan teman kerja laki-laki. Lelaki lebih rasional, tidak seperti cewek yang dikit-dikit baper, moody dan lain sebagainya yang kadang membuatku malas mengobrol banyak. Mungkin salah satu alasannya adalah aku kehilangan sosok teman cewek yang “setipe” denganku, dan itu membuatku mencari sosok lain untuk mengisi waktu mengobrol di kantor. Obrolan santai.

Lalu setelah aku googling tadi, ku tersadar bahwa seharusnya seorang wanita harus lebih jaga jarak dengan lelaki lain setelah wanita itu menikah. Hal itu ditujukan untuk menghormati perasaan pasangan masing-masing dan juga yang terpenting adalah untuk mencegah terjadinya fitnah. Nah, hal-hal yang harus dilakukan antara lain :

Pertama: Tidak berkhalwat (berdua-duaan)

Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin.” (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih)

Nah loh, ga boleh berdua-duaan, baik di dunia nyata maupun maya (chatting).  Terkadang aku suka jajan bareng temanku yang biasa aku sebut “best friend” atau bahkan kita pernah sarapan bareng. Karena sudah terbiasa kali ya. Walaupun sama-sama tidak ada rasa, seharusnya hal itu harus dihindari karena termasuk dalam kategori berduaan. Membahayakan.

Termasuk saat kita chatting dengan lawan jenis. Bukan berarti kita tidak boleh membalas chatting teman, namun menurutku selama itu masih dalam batas wajar dan tidak menjurus-menjurus ke sesuatu yang bersifat pribadi, mungkin tidak apa-apa kita membalas chattingnya. Karena sampai sekarang juga ada beberapa teman yang sesekali chatting ke aku. Walaupun itu sudah sangat jarang dibandingkan dengan semasa aku masih single. Tetapi semua tetap harus ada batasannya.

Continue reading “Bergaul yang Baik”

Yuk Hijrah

CPiya-cUAAAVZy2

Pada suatu hari aku pergi ke Summarecon Mall Bekasi (SMB) bersama suami tentunya, kali ini kami pergi dalam rangka menuruti permintaan suami yang pengen banget nonton Kingsman 2. Film di mulai jam 4, dan kami datang tepat jam setengah 4. Haha. Karena kami sudah yakin (insyaAllah) dapat ticket, secara pesan ticketnya udah duluan pakai M-tix jadinya kami santai datang mepet mepet waktu film mulai. Aku dan suami memutuskan untuk sholat ashar terlebih dahulu. Nah, di mushola inilah cerita ini akan dimulai.

Mushola SMB ramai seperti biasanya, dan ini belum jam 4, ya dapat dibilang awal waktu ashar lah ya. Masya Allah banget melihat orang-orang yang antusias sholat awal waktu, soalnya biasanya kalau sudah di Mall orang-orang pasti mepet-mepet sholatnya. Lalu, ku terkagum lagi melihat hampir semua bu ibu di Mushola menggunakan hijab, eits bukan mukena yang dijadikan hijab ya. Tapi benar-benar hijab, entah apapun itu bentuknya, pashmina, paris, khimar atau apapun itu yang jelas mayoritas dari mereka menggunakan hijab.

Begitu kuatnya pengaruh islam di jaman sekarang ini, hijab yang dulunya masih jarang dipakai oleh bu ibu, sekarang sudah menjadi trend tersediri di kalangan bu ibu. Seingatku, dulu tahun 2010 pertama kalinya ku memutuskan berhijab, begitu susahnya mencari baju panjang atau kaos panjang pendukung kostum hijab. Sekarang, setelah 7 tahun bergulir, seperti berbanding terbalik karena begitu mudahnya mencari baju panjang, kaos panjang, tunik, gamis, dsb untuk menyempurnakan pakaian muslimah kita. Lalu kesimpulan yang saya dapatkan adalah “Akan ada suatu masa dimana seorang muslimah akan tergugah hatinya untuk berpenampilan tertutup”. Entah itu berpenampilan yang benar-benar syar’i atau berpakaian yang sebatas menutup aurat. Entah atas dasar perintah agama atau mengikuti trend sekarang ini.

Continue reading “Yuk Hijrah”